Selasa, 21 Mei 2013


STRATEGI PEMBANGUNAN SEIMBANG

Strategi pembangunan seimbang bisa diartikan sebagai pembangunan berbagai jenis industri secara berbarengan (simultaneous) sehingga industri saling menciptakan pasar bagi yang lain. Selain itu, strategi pembangunan seimbang ini dapat juga diartikan sebagai keseimbangan pembangunan di berbagai sektor. Misalnya antara sektor industri dan sektor pertanian, sektor luar negeri dan sektor domestik dan antara sektor produktif dan sektor prasarana, singkatnya strategi pembangunan seimbang ini mengharuskan adanya pembangunan yang serentak dan harmonis di berbagai sektor ekonomi sehingga semua faktor tumbuh bersama.
Untuk itu diperlukan keseimbangan antara sisi permintaan dan penawaran. Sisi penawaran memberikan tekanan pada pembangunan serentak dari semua sektor yang saling berkaitan dan berfungsi meningkatkan penawaran barang. Ini meliputi pembangunan serentak dan harmonis dari barang setengah jadi, bahan baku, sumberdaya energi, pertanian, pengairan, transportasi, dan lain-lain serta semua industri yang memproduksi barang konsumen.

Pembangunan seimbang ini biasanya dilaksanakan dengan maksud yang menjaga agar proses pembangunan tidak menghadapi hambatan-hambatan dalam :
1. Memperoleh bahan baku, tenaga ahli, sumber daya energi (air dan listrik, fasilitas untuk mengangkut hasil produksi ke pasar.
2. Memperoleh pasar untuk barang-barang yang telah dan akan diproduksikan
Jika kita akan melaksanakan pembangunan seimbang, maka tingkat investasi yang harus dilakukan besarnya jauh melebihi tingkat investasi yang dilakukan pada sebelum usaha pembangunan dilakukan. Oleh karena itu, strategi pembangunan seimbang ini oleh sebagian ekonom disebut pula teori dorongan besar besaran (big push theory).

Menurut Rosenstein-Rodan dan Nurkse
Istilah pembangunan seimbang itu diciptakan oleh Nurkse 1953, namun demikian teori ini pertama kali dikemukakan oleh Paul Rosenstein-Rodan 1953. Dengan nama the big push theory yang menulis gagasan untuk menciptakan program pembangunan di Eropa timur dan tenggara dengan melakukan industrisasi secara besar-besaran. Kedua orang ini beranggap bahwa melakukan industrisasi di daerah yang kurang berkembang merupakan cara yang tepata untuk menciptakan pembagian pendapatan yang lebih merata di dunia dan untuk meningkatkan di daerah semacam itu agar lebih cepat di daerah yang lebih kaya. Dalam upaya untuk melaksanakan program tersebut berbagai industri haruslah dibangun secara berbarengan.

Menurut Rosenstein-Rodan pembangunan industri secara besar-besaran akan menciptakan 3 macam eksternalitas ekonomi :
1. Yang diakibatkan perluasan pasar
2. Karena industri yang sama letaknya berdekatan
3. Karena adanya industri lain dalam perekonomian tersebut
Menurut Nurkse faktor yang terpenting yang menentukan luasnya pasar adalah tingkat produktifitas. Dalam suatu perekonimian yang mempunyai suatu penduduk tertentu, jumlah barang-barang yang dapat dihasilkan dan dijual dalam suatu jangka waktu tertentu tergantung pada tingkat penggunaan modal dalam proses produksi. Dalam suatu perekonomian yang pasarnya sangat terbatas, maka tidak ada rangsangan bagi para pengusaha untuk menggunakan alat-alat yang modern. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa pasar telah membatasi penggunaan modal sehingga membatasi pula kemampuan suatu perekonomian menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan masyarakat.

Menurut Scitovsky
Scitovsky mengungkapkan 2 konsep eksternalitas ekonomi dan manfaat yang diperoleh suatu industri dari adanya 2 macam eksternalitas ekonomi yang ada dalam perekonomian tersebut. Eksternalitas ekonomi dibedakan menjadi 2 yaitu seperti yang terdapat dalam teori keseimbangan (equilibrium theory) dan seperti yang terdapat dalam teori pembangunan.

Kritik terhadap strategi pembangunan seimbang
1.    Peningkatan biaya
2.    Tidak menaruh perhatian pada penurunan biaya
3.    Adanya kecenderungan yang bersifat subtitutif antar industri.
4.    Gagal sebagai teori pembangunan
5.    Diluar kemampuan NSB
6.    Kelangkaan sumber daya di NSB
7.    Adanya disproposi pada faktor produksi di NSB
8.    Investasi secara besar-besaran bukanlah sebuah solusi
9.    Tidak mempertimbangkan faktor perencanaan
10.  Menimbulkan eksternalitas negatif 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar